Bangsa ku nan permai
Ketika Virus mewabah
Menjangkiti hampir tiap posisi
Di seantero negeri yang megah
Mau dibawa kemana negeri ini ?
Jika penguasa – penguasa berhati batu
Masih bercengkrama di atas panggung
Sembari mengobral janji
Seolah – olah menepati
Tapi semua “Non – Sense”
Bangsa ini sudah merdeka ?
Belum .. belum ..
Jangan asal bicara tuan…
Apa buktinya ?
Lihatlah nun jauh disana …
Bentang kan tatap mu hingga ke pelosok
Gedung – gedung tua tersenyum miris
Dinding – dindingnya kusam
Beratapkan jerami bertaburkan lawa - lawa
Mesti renta namun tetap tegar berdiri
Ini bukti merdeka yang kau maksud tuan ??
Miskin Ilmu dan harta ???
Dimana mata hati tuan ?
Apa pintu hati telah tertutup ?
Apa mata telah buta ?
Itu yang kau elu – elu kan kemerdekaan ?
Coba sadarkan dirimu tuan ?
Apa pantas kalian, kami sanjungkan?
Coba jawab Tanya kami, tuan ?
Ribuan pasang mata
Simpan tatapan pengharapan
Mengharap belas kasih
Dari tuan – tuan
Yang dimabuk kekuasaan …
Yang mengagungkan kemewahan
Sementara kami disini …
Dihimpit malang yang meraja
Tapi, tuan disana berpesta
Menyulut amarah
Hati suci para rakyat..
Yang muak dengan janji – janji manis
Sia – sia tuan …
Kami telah terbiasa seperti ini
Bertahan dalam puing – puing asa yang mati
Dan bungkam, tanpa protes..
Namun, zaman sudah berubah tuan ..
Mental kami kini sekuat baja, nadi kami terbakar emosi
Dan kami siap mengantar mu menuju buih
Tempat dimana kau akan menuai segala-nya
Atas moral mu yang bobrok
Ketika itu menjadi nyata
Disini kami hanya bisa tersenyum puas,
Dan mungkin sebagian akan terbahak – bahak kegirangan
Melihat tuan menebus dosa atas luka yang telah terukir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan di koment ya guys..