Pengikut

Tampilkan postingan dengan label Kolom Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kolom Puisi. Tampilkan semua postingan

02 Juni 2010

Tuan Bedebah

Bangsa ku nan permai
Ketika Virus mewabah
Menjangkiti hampir tiap posisi
Di seantero negeri yang megah

Mau dibawa kemana negeri ini ?

Jika penguasa – penguasa berhati batu
Masih bercengkrama di atas panggung
Sembari mengobral janji
Seolah – olah menepati
Tapi semua “Non – Sense”

Bangsa ini sudah merdeka ?
Belum .. belum ..
Jangan asal bicara tuan…
Apa buktinya ?

Lihatlah nun jauh disana …

Bentang kan tatap mu hingga ke pelosok

Gedung – gedung tua tersenyum miris
Dinding – dindingnya kusam
Beratapkan jerami bertaburkan lawa - lawa
Mesti renta namun tetap tegar berdiri

Ini bukti merdeka yang kau maksud tuan ??

Miskin Ilmu dan harta ???

Dimana mata hati tuan ?
Apa pintu hati telah tertutup ?
Apa mata telah buta ?
Itu yang kau elu – elu kan kemerdekaan ?

Coba sadarkan dirimu tuan ?
Apa pantas kalian, kami sanjungkan?
Coba jawab Tanya kami, tuan ?

Ribuan pasang mata
Simpan tatapan pengharapan
Mengharap belas kasih
Dari tuan – tuan
Yang dimabuk kekuasaan …
Yang mengagungkan kemewahan
Sementara kami disini …
Dihimpit malang yang meraja
Tapi, tuan disana berpesta
Menyulut amarah
Hati suci para rakyat..
Yang muak dengan janji – janji manis

Sia – sia tuan …
Kami telah terbiasa seperti ini
Bertahan dalam puing – puing asa yang mati
Dan bungkam, tanpa protes..

Namun, zaman sudah berubah tuan ..
Mental kami kini sekuat baja, nadi kami terbakar emosi
Dan kami siap mengantar mu menuju buih
Tempat dimana kau akan menuai segala-nya
Atas moral mu yang bobrok

Ketika itu menjadi nyata
Disini kami hanya bisa tersenyum puas,
Dan mungkin sebagian akan terbahak – bahak kegirangan
Melihat tuan menebus dosa atas luka yang telah terukir

26 Februari 2010

“Gagal bukan akhir segalanya”

Ternyata hidup itu nggak selamanya indah yach??...
Semuanya harus dicicipi. Walaupun perih dan membuat kita luka.
Tapi, bukan suatu alasan untuk terpuruk dan putus asa. Masih banyak
jalan lain menuju harapan.
Mungkin, gagal itu emang sesuatu keberhasilan yang tertunda.
Jadi, kita harus bangkit klo kita dihadang kegagalan.
Kata orang semua tempat itu untuk cari ilmu. Dan ilmu itu adalah "guru".
Sementara, pengalaman itu adalah "Guru Besar". Yang harus kita beri
Penghargaan.Dari situ kita bisa petik hikmah yang tersembunyi.
Hikmah yang membangun sikologis kita menjadi lebih tegar dan kuat.
Bukan justru sebaliknya. Lemah dan patah.
Bukan..itu bukan sikap seorang ksatria sejati.
Itu sikap seorang pengecut.
Dan kita nggak boleh bersikap seperti itu.
Usaplah air mata yang menitik itu.
Minta mentari menyinarinya.
Agar air mata itu mengering.
Jangan menangis!!
Ini bukan akhir dari segalanya.
Carilah jalan untuk meniti impian dan semua mimpi-mimpi.
Bermunajatlah pada-ilahi lewat syair-syair doa yang khusuk.
Berucaplah dengan ikhlas dan pasrah padanya.
Niscaya, dia mendengar dan akan mengabulkannya.
Dia akan membuat mu tersenyum kembali.
Percayalah…
Karena, dia yang maha rahman dan rahim.
Dia akan selalu menerangi jalan hidupmu.
Jika, kau selalu mengingatnya.
Dalam terjaga dan tidur mu…
Berfikirlah bahwa ini adalah jalan yang terbaik.
Dimana, keberuntungan belum berpihak pada mu.
Tapi, yakinlah bahwa kau mampu meraih segalanya kembali.
Dengan kegigihan yang sangat dan berulang.
Pada akhir’nya percaya dan yakinlah.
Semuanya akan berubah jadi kenangan terindah.
Yang akan selamanya melekat di dada mu terpasung di ingatan mu.
Ksatria sejati tidak pernah menyerah dan akan terus melaju.
Meski, gagal menghadang langkahnya.
Bahagia adalah pialamu.
Maka, berdirilah , larilah , dan kejar “Bahagia itu”…
Ingatlah, bangga yang akan kau dapat.
Semangat2x…
Kamu bisa!!!........





Bila Engkau

Sebutir hasrat telah lumpuhkan molekul - molekul dalam hampanya hati. Memandangnya seakan tenangkan jiwa. Biarkan cinta ini mengalir lewati sungai hati mu yang kian berlalu pergi. Terbang bersama angin yang terlalu dahsyat. Hingga kau tak tersadarkan, bahwa kau selalu ada. Meski, kau tak kan tau apa yang tersimpan. Jauh di dasarnya. Hati yang telah lubang karena mu. Hati yang tak kan sanggup ungkap kan semua pada mu. Biar aku simpan sendiri. Mungkin, hingga aku mati dan tak dapat melihat mu lagi. Maaf jika aku tak sempurna.
Satu hati hanya ingin kau terima apa adanya. Tak perlu kata manis. Jika akhir'nya berubah jadi pahit. Tak perlu ucap mesra jika akhirnya hanya tinggalkan lara. Tak perlu kebahagian jika kamu hanya tinggalkan kepedihan yang kan selalu terkenang. Satu hati tak kan bisa menghapus mu dari ingatan bahkan hatinya sampai kapan pun.
Satu hati selalu coba mengertimu. Walau kadang kau acuh. Satu hati kan selalu membahagiakan mu. Meski, dia sendiri hancur. Satu hati hanya inginkan. Kamu membaca hatinya. Bukan dengan mata tapi dengan hati.
Satu hati hanya ingin tau, apa yang tersisa dibalik hati mu.? Dan apa maksud hati mu, datang dan pergi semau mu.
Apa arti segalanya selama ini??? tak sadarkah kau. Aku terus mencari yang serupa dengan mu. Tapi, aku sadar kamu tak tertandingi. Entah, apa yang terpikirkan oleh mu? saat ini tentang aku.
Hanya harap yang terus menyertai langkah ini..
Andai bisa aku memutar waktu. Kan ku tahan hingga kau tetap disini. Kesalahanku adalah termakan emosi ku. Hingga ku katakan apa yang seharusnya tak ku katakan pada mu.
Sampai kapan pun aku akan tetap begini. Tak ada yang bisa menggantikan mu. Kelak ku kan berhenti mengingat mu jika menemukan pujaan hati baru yang terbaik dan menerima ku seutuhnya.
Dan, di saat masa itu tiba. Aku hanya ingin katakan tuk terakhir kalinya.. "Terimakasih CINTA untuk segalanya". Kamu telah mengajari aku banyak hal tanpa aku tau. Hingga aku menjadi kuat, keras, dan tegar.Laksana karang. Kokoh. Walau pun badai menghantamnya berkali - kali. Tapi, aku bahagia karena kamu pernah menjadi bagian dari hidup ku. Telah berikan yang terbaik meski awalnya nilainya dimata ku terlihat buruk dan menyakitkan.Tapi, dengan itu aku makin dewasa dan maknai semuanya dengan keikhlasan. Syukuri apa yang ada. Berbahagialah sepanjang hidup yang terus berjalan. 1 permintaan dari satu hati yang mengenang mu selalu. Jangan pernah lupakan "AKU".

13 Februari 2010

Puisi

JEMARI KU

Genggam jemari kecilku
Jika diri mu terjatuh
Bangkitlah dengan nadi
Yang memacu
Sesungguhnya ku tak mau
Kau hilang dari hidup ini



SERUM CINTA LAIN

Entah… kemana sang pembuka mata hati berlabuh?
Sedang mawar layu ditaman kenangan.
Sang pembuka mata hati,
Terbius serum cinta lain
Sang mawar perlahan mati
Lenyap.. ditelan musim penghujan
Yang tiada mereda

PENJARA HATI
Dihati ada berjuta rantai
Mengikat.
Dia berbisik, “Jangan kau coba tuk’ melepasnya”
Biarkan… dia mendekap
Erat tubuh.
Mungkin, itu jalan terbaik
Bagi, jiwa yang separuh rapuh
Bersandar di benteng raga yang melemah


KREMASI SURAT KU

Sepucuk surat ku titip pada mu
Tak usah kau sembahkan lagi
Musnahkan dengan api yang membara
Taburlah abunya di laut lepas
Biarkan tergulung ombak
Jangan ditanya apa dan mengapa??


TEMARAM
Malam temaram…
Dihias bintang gemintang
Dibalut hitam legam
Larutkan lara kesepian
Dawai jiwa meronta
Berseru..
Resah bergejolak disukma
Menjerit
Hampa, yang hadir …
Menyurutkan riang canda
Merajuk dirajut
Jadi, tikar penggulung
Impian masa silam


KUMBANG YANG PERGI

Sejak sang kumbang pergi
Mawar tiada bersemi
Daunnya berguguran
Kelopaknya pun berjatuhan dipelataran bumi.
Aromanya tiada mewangi
Mawar dilanda mati suri
Menanti kumbang menghinggapi
Agar mawar tetap bersemi…

12 Februari 2010

Kolom Puisi

LARUNGKAN PENAT

Ingin ku larungkan penat di lautan.
Ingin ku berlayar disamudra
Tuk seberangi gelombang
Yang terus mengikuti
Kemana langkah tertuju
Ingin ku taburi raga ini
Dengan kembang
Agar jadi tenang


JEMARI KU

Genggam jemari kecilku
Jika diri mu terjatuh
Bangkitlah dengan nadi
Yang memacu
Sesungguhnya ku tak mau
Kau hilang dari hidup ini



SERUM CINTA LAIN

Entah… kemana sang pembuka mata hati berlabuh?
Sedang mawar layu ditaman kenangan.
Sang pembuka mata hati,
Terbius serum cinta lain
Sang mawar perlahan mati
Lenyap.. ditelan musim penghujan
Yang tiada mereda

PENJARA HATI
Dihati ada berjuta rantai
Mengikat.
Dia berbisik, “Jangan kau coba tuk’ melepasnya”
Biarkan… dia mendekap
Erat tubuh.
Mungkin, itu jalan terbaik
Bagi, jiwa yang separuh rapuh
Bersandar di benteng raga yang melemah


KREMASI SURAT KU

14 Januari 2010

Kosong dalam sepi

Langit temaram mengantar langkah menelusuri kegelapan. Langit menjadi saksi risaunya asa yang tertatih dan letih. Panas mentari tak lagi menghangatkan. Hanya kabut yang selimuti setiap ruang dalam jiwa. Coba teriakkan pada alam. Tapi, apa? hanya penat yang datang. Megiringi perih yang tak tersirat pada mimik yang terdiam membisu ini.
Suatu ketika kelelehan itu membawa sejenak alam pikir menuju maut. Berharap dapat sedikit menenangkan benak yang terjerat dalam dimensi pekat yang kian tak terarah. Gelap seakan pikir, pandangan, dan segalanya. Kosong mengikat separuh jiwa dalam sepi.